Aku ingat kecemburuanmu terdengar lantang, ketika aku lebih memilih menemani adik-adikku mengakhiri tahun itu. Tawa yang terkembang di sisiku, di akhir tahun itu, bukan kamu dan kamu pun kesal menerimanya. Situasiku yang begitu tak bisa memposisikan dirimu di atas keluargaku, menjadikanmu sebagai sosok yang diabaikan. Padahal…
Padahal bukan aku pernah abai akan waktu istimewa bersamamu. Bukan juga aku tak ingin menyambut gempita kembang api awal tahun denganmu di tempat jauh yang kamu pintakan. Tapi semata karena aku benar-benar masih milik keluargaku, milik adik-adikku, milik ayah bundaku. Dan memang, tak pernah kamu menjemputku di depan mereka. Karenanya, maaf, hari-hari itu, aku tidak bersamamu…. Dan maaf juga, hari-hari itu, barulah terasa, kamu masih orang asing buat aku dan asalku berada.