Dalam perjalanan ku pulang dari Yogyakarta menuju Jakarta sepulang libur Idul Adha kemarin, menyisakan takjub yang amat sangat dari pesawat yang kunaiki. Duduk di bangku paling dekat jendela, serta jam penerbangan yang masih pagi hari, menerbitkan rasa syukur karena tidak menyianyiakan moment itu. Momen ketika dari atas sana menghampiri Jakarta, aku melihat karya besar yang menjadikan tepian Jakarta ini menjadi kanvas yang menakjubkan sekaligus mengerikan mungkin. Tapi bagaimanapun, momen melihat kanvas Jakarta ini sangat patut dikagumi dari pesawat.
Ketika pesawatku menukik tajam dari atas laut menuju daratan Jakarta, aku melihat sisi Jakarta yang sangat rapi dan teratur dari atas. Wow, indah karena penuh keseragaman dari atap-atap yang terlihat kecil, namun tetap menyisakan hamparan hijau dan biru di atas tanahnya.
Kutebak, inilah Pantai Indah Kapuk yang banyak dibicarakan presenter properti show itu. Yepz, memang hamparannya sangat menakjubkan dari atas sana. Kontras dengan ketidakteraturan disekitarnya. Sayang sekali, aku tak membawa kamera atau media apapun untuk mengabadikannya. Sayang memang, tapi setidaknya terekam jelas di kepalaku tentang yang membuatku kagum.
Dramatisme yang pertama kali kurasakan ketika menghampiri bibir pulau, aku melihat kumpulan kapal kargo yang panjang dan luar biasa jumlahnya, aku tebak itulah mulut dari Merak (utara Jakarta). Lebih takjub lagi ketika mengamati bentuk perbatasan antara laut dan darat yang menampilkan banyak petak-petak hijau gelap serta teluk-teluk yang seolah membentuk pulau-pulau kecil di tepian Jakarta. Lebih jauh masuk ke tengah pulau, aku mengagumi keteraturan dan torehan kanvas 'siteplan' yang warna dan tarikan garis ataupun lengkungnya sangat selaras. Seolah semua penataannya sangat berhasil konsisten dengan koridor pembangunannya. Keindahan Pantai Indah Kapuk tak habis kuamati dari jendela kecil yang rasanya kurang besar untuk menikmati semua.
Yah, dari atas sana aku memang melihat sangat jelas bentuk dan akses jalan tol menuju komplek besar Pantai Indah Kapuk. Pastinya keunggulan akses ini menunjukkan seriusnya penataan infrastruktur dalam pembangunan "kawasan" Pantai Indah Kapuk.
Waterboom yang sangat besar ini benar-benar fasilitas yang sangat dijagokan dan dikenal sebagai daya tarik wisata di kawasan Pantai Indah Kapuk ini. Ini juga yang menjadi tawaran yang tidak disia-siakan bagi keluarga muda yang membeli hunian di kawasan PIK ini, waterboom menawarkan membership yang dengan membayar beberapa juta, bisa menggunakan waterboom sepuasnya selama setahun dengan jumlah maksimal 4 orang (sumber : Dwi -tinggal di PIK-).
Sebagai hasil penataan kawasan, PIK sempat mengundang kontroversi karena resiko banjir -inilah tantangan property- yang mungkin berdampak pada keseluruhan Jakarta. PIK yang merupakan kolaborasi dahsyat antara Agung Sedayu Group, Salim Group dan Agung Podomoro Group ini berani bertaruh bahwa kawasan ini bebas banjir dengan prinsip Sistem Polder. Ilmu tentang sistem ini jauh-jauh mereka dapatkan dari negeri keju, Belanda.
Aku jadi teringat saat pernah mengunjungi Holland Education Fair di Hotel Mulia, Senayan. Memang dari pandangan pakar akademis sana menjelaskan betapa mereka bangga dengan kejeniusan mereka dalam membentuk negeri di bawah air. Dimana Belanda, adalah negara yang prosentasi lahan dibawah permukaan air lautnya cukup besar. Nyata kekokohan Belanda lah yang menjadikan alasan pengembang PIK yakin akan mampu mempelajari kekokohan kota bawah air-nya Belanda.
Hm, kembali ke perjalanan ku di atas pesawat, ini bagian yang paling LUAR BIASA....
Aku menemukan bangunan yang sangat jauh menjorok ke batas laut. Bangunan yang dramatis karena bentuknya seperti kumpulan layar-layar kapal yang suangaaat besar. Aku yakin dari ukurannya, itu adalah bangunan kondominium. Rupanya itulah yang dikenal dengan hunian eksklusif Jakarta : Regatta Pantai Mutiara.
Ketika aku bilang aku takjub sekaligus ngeri, disinilah kengerian terbesarku muncul. Bangunan ini begitu dekat dengan batas laut tapi sangat berani menantang dengan tinggi dan besarnya. Luar biasa menegangkan membayangkan tepian pulau yang begitu dekat dengan laut, menegakkan bangunan raksasa ini di atasnya. -apalagi Jakarta seperti tak jauh dari bencana alam-
Menilik dari situsnya di http://www.regattajakarta.com , aku tak habis mengagumi. Ini memang karya yang secara transparan memiliki prestasi konsep dan analogi yang konsisten dari nama bangunan hingga tampilan bangunannya.
Regatta berasal dari bahasa Italia yang artinya "boat race". Maka pasti tak heran lagi, sepintas lalu aku seperti melihat kumpulan layar kapal raksasa yang menjorok seolah menuju laut lepas.
0 comments:
Post a Comment