Ada satu quote dari sebuah film romantic ala Manhattan yang satu ini. Sebuah pernyataan yang mendasarkan pada bagaimana kebanyakan orang menghakimi lingkungan dan diri mereka sendiri.
---
Lupakan tentang apa yang seharusnya kita tahu benar, dan apa yang seharusnya kita pahami itu salah. Lupakan tentang benar dan salah. Tapi, aku pribadi, seringkali memutuskan sendiri secara sepihak tentang siapa aku. Kadang-kadang aku sakit hati dengan bagaimana orang lain menilai keterbatasan dan ketidakmampuanku, tapi kadang-kadang aku menjadi terlalu santai dengan kipasan sanjung orang lain tentang diriku sendiri. Ada banyak yang aku anggap memujiku, menaruh harapan besar pada kepribadianku, dan menyandarkan kisah semata ingin aku mengatakan tanggapanku secara personal. Ada juga yang menertawakan kebodohanku, mempermainkan kecanggunganku, dan berkata sinis tentang caraku memakai kosakata.
---
Setiap reaksi itu, melahirkan keputusan dan penilaian aku tentang siapa aku. Aku menghakimi diriku sendiri. Aku mengambil keputusan tentang seharusnya aku bertindak apa, penegasan apa yang harusnya aku tonjolkan, sikap apa yang harusnya aku miliki untuk "kepribadianku" (menurut penilaianku sendiri).
Tidak tahu, alasan apa yang aku ingin capai dengan postingan ini. Selain aku ingat satu hal : aku selalu bersabar sampai penghabisan tentang bagaimana atasanku bisa membaur denganku untuk mengoptimalkan performa terbaikku di lingkungan kerja dan karirku. Tapi anehnya, aku seringkali terlalu cepat membiarkan diriku sendiri memutuskan siapa aku dengan manuver-menuver ekstrim.
---
Kalau kalian sadar, dua hal di atas itu merupakan paradoks terbesar dalam pembentukanku. Ada yang menguatkan aku pada posisi rendah hati dan menunjukkan ketekunan, tapi ada yang menghancurkan diri sendiri dengan keputusan emosional yang cenderung sulit dikontrol. Dua paradoks ini, mungkin dialami orang lain juga. Dan aku, sekarang pada tahap ingin mengenali semua "penghancuran diri" yang pernah aku patenkan dalam diri sendiri ini.
---
@wiedesignarch
------
"Pekerjaan kita tidak menentukan siapa diri kita yang sesungguhnya. Yang menentukan siapa kita, adalah ketika kita bangkit dari satu kejatuhan." | Maid in Manhattan, a movie stared by Jennifer Lopez.
9 comments:
beuuh, bahasanya ribet... ga mudeng aku.. hahahaha
hihihihi... kasian si @nuel, ribet sendiri bacanya yah ^___^.... bisa dimaklumi kok... ^___^ memang waktu cerita ini, ada yang lagi ribet di pikiran... harap maklumi yah ^___^
wuih ..
dari postingannya mbak ini pasti orang pinter ..
haha
kalo gue mesti bberapa kali baca baru ngerti ..
tandanya gue orang ganteng .. Loh ??
hhe
intinnya jangan menghakimi diri dan menghentikan penghacuran diri sendir karena , menghakimi diri sendiri = penghancuran diri
:P
hihihihih..... @eySurbakti bisaaaaa ajah.... iyah deh, ganteng karena udah mampir ... lho? ^__^
kalo menghakimi orang lain, malah kita yang bakalan tertimpa banyak masalah. lebih baik menghakimi diri sendiri aja deh , , ,
@ocha... aih ocha.. bisa ajah... hihi, kalau begitu, bener juga lho... ^___^ cuma menghakimi yang ini, definisinya yang lebih sempit... ^__^
kalo menghakimi diri sendiri itu menghancurkan diri sendiri, berarti menghakimi orang lain itu membunuh diri sendiri... tapi sepertinya lebih baik menghancurkan diri sendiri daripada membunuh diri sendiri... :D
setelah diperhatikan dari komentarnya, sepertinya Sam ini memiliki sugesti negatif atau ambigu yang sangat kuat yah... ^___^ ... menghancurkan diri sendiri tidak lebih baik lho daripada membunuh diri sendiri... ^__^
semagnat pagi para kawan semuanya semoga sehat dan sukses aj ayaaaa,....
Post a Comment