“malam ini ku menangis”
“malam ini ku meratap”
Sejuta bayang berlarian di kepalaku. Terdengar jerit-jerit kecil yang menuntut balas. Bintang terpaku sementara bulan menjemput nyawa tertidur. Kupapah wajahku di pangkuan punggung tanganku. Ada letih bergelayut memberatkan gerak kepala yang enggan mencerna malam.
Jemariku berbalik, sejujurnya ingin menunjuk bulan di atas jendela. Ingin menunjuknya tanpa ragu. Menyalahkan diamnya yang tak mengangkatku dari sunyi yang pahit. Bulan memang munafik sejati yang tak berubah wajah sekalipun pembantaian dan penyiksaan terpajang di hadapannya. Bulan seperti tak beradab membiarkan semua itu berlangsung tanpa empatinya. Terangnya seperti menghina, bulatnya seperti menertawakan. Dasar kau munafik tak kenal malu, begitu jariku menghujam ke arah purnama dengan keras.
Di sela-sela rambut ini, aku menderu dalam kekesalan. Angin tiba-tiba berhenti, daun jendela pun seperti merinding tak berani berderit lagi. Mataku menyalahkan penglihatanku, telingaku memaki kesunyian yang amat menusuk. Apa tak ada mereka yang mampu menemani amarah dan kebencianku? Langit mengapa berbintang sedang aku ingin lenyapkan seisi bumi busuk ini? Bulan mengapa membulat sementara mulutku ingin menerkam manusia di bumi busuk ini? Angin mengapa berhenti bertiup sementara aku hancur terbanting tak karuan?
“kau pergi, ku sendiri”
“kau pergi, seakan tak ada lagi”
Bahuku berayun keras. Mataku seperti tak berhenti berputar. Mantra dan binatang seperti memenuhi mulutku. Sumpah serapah membalas remasan antar jemariku. Aku benci semua kejadian ini! Dadaku bergemuruh dan bahuku terayun keras. Sekujur tubuh remuk dari dalam. Aku pernah diterjang tamparan dan amukan, tapi yang ini lebih terasa menjijikkan. Melihat diri digerogoti dari dalam seperti sakit sang pecandu. Menjadi bangkai. Aku habis! Aku mampus! Aku Sakit!
“selamanya kau tak kembali”
“selamanya kau tak di sini”
Tertinggal… jauh sudah ku tertinggal. Tak adakah hal lain yang bisa kau bawa pergi? Selain jiwa ku yang pernah menghuni tubuhku? Begitu habis kau hisap aku seperti haus. Dan mengapa engkau tak datang dari luar sana? Mengapa engkau datang dari dalam sini?? Seperti kanker yang menghabisi aku dan darahku sendiri. Menghabiskan puas seisi badanku tanpa aku bisa melihat sendiri wujudmu. Busuk sekali caramu mencabikku dari dalam tubuhku sendiri. Kau telah tahu aku begitu kosong tanpa ingatan ketika asyik dijilat mulutmu! Kau sungguh wujud paling licik yang lapar!!
Beberapa Bulan Sebelumnya:
“sejujurnya yang ada, Cuma kamu”
“sejujurnya di hati Cuma kamu”
“sejujurnya berjanji Cuma kamu”
“Sejujurnya kan pasti Cuma kamu”
“yakin tak sedikitpun terbagi”
“yakin tak sedikit pun berpaling”
Tokoh Utama : Fiktif
Penulis Prosa : @wiedesignarch
Penulis Lirik Lagu : @wiedesignarch
Pengantar :
Tulisan ini dibuat di satu malam jam 01.17 dari apartemen Jakarta. Di balik kaca jendela, langit kelam sepi tanpa tampak bulan dan bintang karena hujan yang masih tersisa sedikit. Emosiku tak berpihak pada siapa dan apa pun ketika menulis tulisan ini. Tidak kepada malam, tidak kepada bulan bintang, tidak juga kepada ego dan kenaifanku. Aku berbaur dalam aneka kata, lagu dan emosi yang sempat terpotong-potong. Kubuat diriku tersesat dalam menentukan posisiku berada, karena aku sedang belajar menemukan diriku. Memori dan ingatan pernah jadi belenggu akan aku, dan itu tak pernah bisa kulepas sampai detik ini. Aku tersesat, tapi aku tak sendirian. Ada kebebasan yang menungguku di suatu tempat, aku hanya perlu membuka topeng dan belajar tak mempercayai sekitarku. Aku berjalan sendirian, bangkit sendirian. Cuma kamu, Cuma kamu, dan Cuma kamu itu, mereka Cuma kata-kata hipnotis yang perlahan pasti membuatku semakin jauh dari jalan Lebih Baik ku.
19 comments:
bagaimanapun kamu tetap sumber segala inspirasi
takada yg abadi, tak terkecuali cinta...
Biarkanlah dustanya menjadi tumbal...untuk awal sebuah kebahagiaan....
pemilihan kata2 yang sangat mencirikhaskan diri, saya selalu suka membaca karya2 sastra,krena itu adalah salah satu cara utk mengetahui sisi pribadi seorang manusia. ^^
terus berkarya!
sedih amat tulisannya, hehehe... bikin yang ceria ya kapan-kapan
wah aku suka gambarnya..
itu buat sendiri ya?? Handmade..
Hehhe..
Oh iya OOT nih, btw film wakatobi yg kamu bilang itu judulnya apa.. Keren deh pastinya. Dokumenter ya??
salam kenal juga, makasih udah main2 k tempat ku. Izin follow,, hhe
hem ... tapi bulan bukan manusia
dan bulan tak pernah menjadi munafik
@ninda : sekali lagi tulisanku tak memihak niy... makanya aku tetep sayang bulan ^_^
@adetruna, aku suka kalimat itu... optimis..
@koskakiungu : terimakasih yah,,, seneng deh ^_^
@ami, aslinya aku ceria kok , hihi
@tito, eh iya itu handmade.. wah kmu ngeh yah... aku post yah buatmu
@terro : bulan bukan manusia, tapi emosi manusia yang memposisikan bulan demikian. hehe
nulis yang begituan memang lebih asik kalo malem ya
suasana gelap sepi lebih mudah membangkitkan aura puitis
halah..
asal jangan membangkitkan aurat aja dah
hahah
kodong/////
jangan esmosi mba heehee..
Tulisannya bagus nih, menyentuh...
Btw salam kenal yah
Kereeeeen, tulisannya memainkan perasaan yang membaca :D
Btw judulnya juga keren, bulan yang munafik :D
#kedatanganbulan #eh #itumahdapet
aduh aku jujur agak lemot kalo kata-kata puitis seperti ini... @,@
wah judulna keren banget :)
Wah... rupanya Si Bulan bisa munafik juga ya.. :D
Berasa banget emosinya...
@rawins : hahahah.... bisaaa ajah mas?
@sky : haih apa itu kodong? ^_^
@celotehan : hihihi,,,, kan ndak lagi esmosi ^_^
@Putri ; kembali, salam kenal juga ^^
@iam, hahahha, ndak lagi sensi kan? ^^
@primeedges : hihihi,,,, bingung yah... jangan dunk ^_^
@pri : makasih yah udah dateng
@kaka : iyah, emosi yang gelap tapi agak nanggung....
apa betul itu lirik lagu? ciptaan km sendiri?
waaah, mantep bgt kata2nya
^_^
Mengapa harus malam hari....disaat itulah terkadang kita menemukan apa sebenarnya yg kita inginkan.
Tapi mb salut...bagus dan mb suka
@penghuni 60 : lirik lagu nya sepotong2... yang lagi terlintas sebagai pendukung,,, setiap lagu, itu beda2 sejarahnya... tapi saya coba memporakporandakannya ^^.. makasih yah ^^
@IbuDini : yah... malam selalu punya kuasa penuh untuk sebuah cengkrama... ^^
Post a Comment