Kusimpan Surat untuk Sahabat
::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Assalamualaikum .. ^___^ Farid….
Rid, mungkin aku harus cerita semua dulu tentang apa yang terjadi belakangan terutama dalam sebulan lebih ini….
Aku baru ditinggal sama pacar yang udah dua tahun pacaran sama aku dulu. Tepatnya, dia mutusin aku tanpa aku diberi kesempatan sama sekali untuk memperbaiki kesalahan2ku selama bareng dia, yang mungkin jadi nyakitin dia tanpa dia berkata apa-apa selama kami bareng…
Dan sekarang, aku menjalani proses penyesalan dan perenungan panjang, aku berniat minta diberi kesempatan satu kali lagi untuk memperbaiki kesalahanku yang dulu dengan bareng lagi sama dia dan membuktikan aku berubah…
Tapi, naas,,, aku tidak memperoleh kesempatan itu… Aku mencoba ikhlas dengan segala konsekuensi asal aku di beri 1 kesempatan itu, tapi dia bersikeras aku pasti takkan bisa berubah… sejak itu aku nyerah, mungkin feeling dia soal aku udah ilang samasekali… T_T!!
So, beranjak dari itu, aku bertekad maju menjawab penasaranku daripada hidup tidak tenang banget. Aku tanya padanya sebenernya apa yang kurang dari upaya aku, aku udah berikhtiar dan belajar setiap detiknya untuk merenungi kesalahanku. Tapi dia mengancam akan ganti no HAPE dan memblokir segala akses yang bisa masuk dari aku. Aku bilang sekali itu, dia JAHAT luar biasa,,, lalu dia balas “kamu yang membuat aku jadi jahat, siapa yang jahat duluan kamu lupa?”
Well, saat itu juga, pertahananku muncul. Dan ini yang jadi pertanyaan aku ke kamu, Farid. Jika dia yang menurutku menerima imbas jahatku dan membalas balik dengan jahat padaku, padahal dia paling tahu aku berikhtiar dengan segala itikad baikku memperbaiki keadaan dan memori pahit dia tentang aku, aku belum rela… Aku gak rela liat dia kayak gitu, memilih melempar bola jahat itu keluar lingkaran kami, padahal aku ingin menangkap bola jahat itu dan meredamnya menjadi ingatan yang baik untuk ke depannya berdua. Farid tahu kan, ada kebahagiaan semu sesaat dan ada kebahagiaan sejatinya. Disini maksudku baik, menawarkan kebahagiaan sejati dengan menerima ingatan buruk yang sudah lalu itu dan menutupnya bersama dengan ingatan baik ke depannya,,, tanpa harus ada yang lari dan mengambil jalan pintas yaitu berpaling.
Sekarang, aku begitu keras berusaha menerima dia memang sudah menyerah, hanya sebatas itulah dia mencari kebahagiaan dia. Dan oke, aku baru mulai mencoba menerima itu sejak hari ini,,,
Tapi Farid, lepas dari soal dia, aku ingin tahu… bagaimana kita bisa ikhlas menerima kenyataan bahwa kita gagal menyelamatkan dan mengangkat orang yang kita sayang… Padahal kita tahu, ia sedang menjerumuskan dirimya… Padahal kita tahu, ada surga yang bisa kita kejar jika kita bisa belajar dari sakit kemarin dan mulai lagi berjalan bukan dari nol…. Aku putus asa menerima kenyataan yang satu itu,,, bukan karena dia, tapi karena batinku masih memiliki idealisme seperti ini. Aku harus tahu bagaimana caranya menghadapi konflik yang satu ini, karena aku yakin pasti suatu hari nanti keadaan dimana aku gagal menjaga pasti akan bisa berulang. Kata orang tua, hidup itu perulangan dan kadang kita harus menyerah dengan itu… Aku ingin mulai dari hari ini tahu apa yang harus aku fikirkan dan terima?? Farid, aku minta penerjemaahan kamu tentang masalah ini, aku bisa mikir sendiri, tapi aku pasti punya kelemahan yang bisa kamu lihat pastinya. Dan aku pengen tahu itu… Tolong yah, Bantu fikiranku mengartikan ini semua.
Wassalamualaikum… ^_^
::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Surat ini kubuat sudah sangat lama lalu rasanya… Senyum lebar mengembang tatkala membaca ulang surat permintaan saran sahabat ini. Mungkin dari sekian banyak lembaran cerita tertulis, cuma ini yang saat itu paling jujur. Aku bisa menangkap tentang aku yang waktu itu :
1. Aku begitu putus asa dengan segala upaya yang sepertinya tidak berhasil, dan aku seperti ingin terus menabrak batu berulang-ulang sampai sakit yang mebuat aku berhenti berusaha
2. Aku mengakui kesalahan bahwa semua yang terjadi sebelum kejadian itu adalah ‘SEMUA HARUS TENTANG AKU’… padahal ada manusia lain disisiku yang menunggu untuk punya kesempatan sungguh-sungguh percaya diri di dekatku.
3. Penyesalan lalu berbuah perenungan. Adalah hal yang paling bodoh yang jangan pernah kalian tiru dari aku. Aku tersenyum betapa dulu aku memang seperti itu *mungkin sekarang pun harus rajin diingatkan. Dan memang, sekali ada waktu ku merenung, perenungan itu begitu dalam dan seperti benar-benar melakukan dosa yang sangat besar sekali. Ini bagian terindah buat hidupku. Merenung,,, menjadikan aku lebih mengenal siapa aku.
4. Ikhlas dengan ‘feeling’ dia yang telah hilang, adalah saat indah berikutnya. Di sini aku butuh proses panjang untuk bisa mengatakan ikhlas. Apalagi untuk beberapa orang yang tahu karakterku, pasti berat memang untuk aku katakan ikhlas. Tapi, begitu ikhlas dan penuh makna kembali ke jalan pulang yaitu ke-Ilahi-an. Itu saat paling tak terlupakan.
5. Jiwa heroikme yang aku punya selalu jadi bahan sinisme ibunda ku yang melahirkanku 25 tahun lalu. Beliau bilang, “kamu jangan selalu sok ingin jadi pahlawan, gak semua keadaan itu harus benar dan kamu perbaiki.” Saat itu aku cuma melongo dan entah kenapa aku berpendapat ada sesuatu yang salah dengan ucapan itu. Sekarang, aku baru mengerti, belasan tahun kemudian baru mengerti. Inilah kali aku mengerti. Perihal manusia dengan manusia lain, kadang bukan seperti memperbaiki sepeda ringsek sekalipun.
6. Kebahagiaan sejati? Saat aku menulis surat ini, pasti aku sangat lah “muda”. Karena dengan naifnya berpikir bahwa kebahagiaan orang lain bisa aku berikan begitu saja dari usahaku. Padahal, tanpaku sekalipun, orang yang pernah kita bahagiakan, tetaplah bisa bahagia lagi tanpa kita. Ya kan? Kebahagiaan itu milik semua orang, bahkan jika orang itu memilih memusuhi kita yang bisa berbahagia.
Dengan pemahaman dan proses yang terjadi di setiap detik, setiap menit, setiap jam, setiap hari, di waktu-waktu berikutnya, aku cuma mengerti satu : bahwa si-dia sedang sangat berbahagia di tempat yang ‘jauh’ sana. Bukan karena dia melepaskanku, bukan karena dia menemukan penggantiku, tapi semua karena dia memiliki dan akan selalu memiliki malaikat pelindungnya sendiri. Yang bisa menjaga cahaya hidup yang dia punya, yang menguatkan pijakan langkahnya, dan yang memastikan bahwa ia bisa juga menjadi manusia bahagia.
::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Assalamualaikum .. ^___^ Farid….
Rid, mungkin aku harus cerita semua dulu tentang apa yang terjadi belakangan terutama dalam sebulan lebih ini….
Aku baru ditinggal sama pacar yang udah dua tahun pacaran sama aku dulu. Tepatnya, dia mutusin aku tanpa aku diberi kesempatan sama sekali untuk memperbaiki kesalahan2ku selama bareng dia, yang mungkin jadi nyakitin dia tanpa dia berkata apa-apa selama kami bareng…
Dan sekarang, aku menjalani proses penyesalan dan perenungan panjang, aku berniat minta diberi kesempatan satu kali lagi untuk memperbaiki kesalahanku yang dulu dengan bareng lagi sama dia dan membuktikan aku berubah…
Tapi, naas,,, aku tidak memperoleh kesempatan itu… Aku mencoba ikhlas dengan segala konsekuensi asal aku di beri 1 kesempatan itu, tapi dia bersikeras aku pasti takkan bisa berubah… sejak itu aku nyerah, mungkin feeling dia soal aku udah ilang samasekali… T_T!!
So, beranjak dari itu, aku bertekad maju menjawab penasaranku daripada hidup tidak tenang banget. Aku tanya padanya sebenernya apa yang kurang dari upaya aku, aku udah berikhtiar dan belajar setiap detiknya untuk merenungi kesalahanku. Tapi dia mengancam akan ganti no HAPE dan memblokir segala akses yang bisa masuk dari aku. Aku bilang sekali itu, dia JAHAT luar biasa,,, lalu dia balas “kamu yang membuat aku jadi jahat, siapa yang jahat duluan kamu lupa?”
Well, saat itu juga, pertahananku muncul. Dan ini yang jadi pertanyaan aku ke kamu, Farid. Jika dia yang menurutku menerima imbas jahatku dan membalas balik dengan jahat padaku, padahal dia paling tahu aku berikhtiar dengan segala itikad baikku memperbaiki keadaan dan memori pahit dia tentang aku, aku belum rela… Aku gak rela liat dia kayak gitu, memilih melempar bola jahat itu keluar lingkaran kami, padahal aku ingin menangkap bola jahat itu dan meredamnya menjadi ingatan yang baik untuk ke depannya berdua. Farid tahu kan, ada kebahagiaan semu sesaat dan ada kebahagiaan sejatinya. Disini maksudku baik, menawarkan kebahagiaan sejati dengan menerima ingatan buruk yang sudah lalu itu dan menutupnya bersama dengan ingatan baik ke depannya,,, tanpa harus ada yang lari dan mengambil jalan pintas yaitu berpaling.
Sekarang, aku begitu keras berusaha menerima dia memang sudah menyerah, hanya sebatas itulah dia mencari kebahagiaan dia. Dan oke, aku baru mulai mencoba menerima itu sejak hari ini,,,
Tapi Farid, lepas dari soal dia, aku ingin tahu… bagaimana kita bisa ikhlas menerima kenyataan bahwa kita gagal menyelamatkan dan mengangkat orang yang kita sayang… Padahal kita tahu, ia sedang menjerumuskan dirimya… Padahal kita tahu, ada surga yang bisa kita kejar jika kita bisa belajar dari sakit kemarin dan mulai lagi berjalan bukan dari nol…. Aku putus asa menerima kenyataan yang satu itu,,, bukan karena dia, tapi karena batinku masih memiliki idealisme seperti ini. Aku harus tahu bagaimana caranya menghadapi konflik yang satu ini, karena aku yakin pasti suatu hari nanti keadaan dimana aku gagal menjaga pasti akan bisa berulang. Kata orang tua, hidup itu perulangan dan kadang kita harus menyerah dengan itu… Aku ingin mulai dari hari ini tahu apa yang harus aku fikirkan dan terima?? Farid, aku minta penerjemaahan kamu tentang masalah ini, aku bisa mikir sendiri, tapi aku pasti punya kelemahan yang bisa kamu lihat pastinya. Dan aku pengen tahu itu… Tolong yah, Bantu fikiranku mengartikan ini semua.
Wassalamualaikum… ^_^
::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Surat ini kubuat sudah sangat lama lalu rasanya… Senyum lebar mengembang tatkala membaca ulang surat permintaan saran sahabat ini. Mungkin dari sekian banyak lembaran cerita tertulis, cuma ini yang saat itu paling jujur. Aku bisa menangkap tentang aku yang waktu itu :
1. Aku begitu putus asa dengan segala upaya yang sepertinya tidak berhasil, dan aku seperti ingin terus menabrak batu berulang-ulang sampai sakit yang mebuat aku berhenti berusaha
2. Aku mengakui kesalahan bahwa semua yang terjadi sebelum kejadian itu adalah ‘SEMUA HARUS TENTANG AKU’… padahal ada manusia lain disisiku yang menunggu untuk punya kesempatan sungguh-sungguh percaya diri di dekatku.
3. Penyesalan lalu berbuah perenungan. Adalah hal yang paling bodoh yang jangan pernah kalian tiru dari aku. Aku tersenyum betapa dulu aku memang seperti itu *mungkin sekarang pun harus rajin diingatkan. Dan memang, sekali ada waktu ku merenung, perenungan itu begitu dalam dan seperti benar-benar melakukan dosa yang sangat besar sekali. Ini bagian terindah buat hidupku. Merenung,,, menjadikan aku lebih mengenal siapa aku.
4. Ikhlas dengan ‘feeling’ dia yang telah hilang, adalah saat indah berikutnya. Di sini aku butuh proses panjang untuk bisa mengatakan ikhlas. Apalagi untuk beberapa orang yang tahu karakterku, pasti berat memang untuk aku katakan ikhlas. Tapi, begitu ikhlas dan penuh makna kembali ke jalan pulang yaitu ke-Ilahi-an. Itu saat paling tak terlupakan.
5. Jiwa heroikme yang aku punya selalu jadi bahan sinisme ibunda ku yang melahirkanku 25 tahun lalu. Beliau bilang, “kamu jangan selalu sok ingin jadi pahlawan, gak semua keadaan itu harus benar dan kamu perbaiki.” Saat itu aku cuma melongo dan entah kenapa aku berpendapat ada sesuatu yang salah dengan ucapan itu. Sekarang, aku baru mengerti, belasan tahun kemudian baru mengerti. Inilah kali aku mengerti. Perihal manusia dengan manusia lain, kadang bukan seperti memperbaiki sepeda ringsek sekalipun.
6. Kebahagiaan sejati? Saat aku menulis surat ini, pasti aku sangat lah “muda”. Karena dengan naifnya berpikir bahwa kebahagiaan orang lain bisa aku berikan begitu saja dari usahaku. Padahal, tanpaku sekalipun, orang yang pernah kita bahagiakan, tetaplah bisa bahagia lagi tanpa kita. Ya kan? Kebahagiaan itu milik semua orang, bahkan jika orang itu memilih memusuhi kita yang bisa berbahagia.
Dengan pemahaman dan proses yang terjadi di setiap detik, setiap menit, setiap jam, setiap hari, di waktu-waktu berikutnya, aku cuma mengerti satu : bahwa si-dia sedang sangat berbahagia di tempat yang ‘jauh’ sana. Bukan karena dia melepaskanku, bukan karena dia menemukan penggantiku, tapi semua karena dia memiliki dan akan selalu memiliki malaikat pelindungnya sendiri. Yang bisa menjaga cahaya hidup yang dia punya, yang menguatkan pijakan langkahnya, dan yang memastikan bahwa ia bisa juga menjadi manusia bahagia.
26 comments:
Pagi..menjmput oleh2 nie wied...w suka poin yg ikhlas!!
Ikhlas memang hal yg paling sulit bgi stiap insan d dunia...tp siapa yg bsa menjalani yg nama na iklas dia sangat lah mulia d mata allah sWT... N sahabat tetap lah sahabt..semangat sahabat mu tlah menjemput oleh2..thnxs
aku suka banget sama kata" kamu yang ini...
"bahwa si-dia sedang sangat berbahagia di tempat yang ‘jauh’ sana. Bukan karena dia melepaskanku, bukan karena dia menemukan penggantiku, tapi semua karena dia memiliki dan akan selalu memiliki malaikat pelindungnya sendiri. Yang bisa menjaga cahaya hidup yang dia punya, yang menguatkan pijakan langkahnya, dan yang memastikan bahwa ia bisa juga menjadi manusia bahagia."
lagi" ttg malaikat pelindung.. heheheh...
aku sebenerny belum menemukan malaikat pelindung ku yg "berwujud" tapi dihatiku aku mempunyai malaikat ituhh (halahhhh....)
hweheheeheh
nice sist.. i luph it (as always) ^__^
Meski tidak sama persis tentunya, tetapi kita memiliki pengalaman masa lalu yang sama sist..hihiii... beneran deh..
Tapi yahhh LIFE MUST GO ON menjadi doktrin buat hidup aku.. jiaaahhhh.. sok idealis gini yah aku.. hehhee
keep posting sist.. :)
tul, yg memilih utk berbahagia adalah diri orang itu sendiri.
Wawww, u really growing up now ^-^
Welcome to the club, dimana hikmah tak selamanya didapat dengan membaca teori tapi harus ditemui dan dimaknai sendiri.
Keep positive and have a faith. Luv u..
(Ur 'husband')
@ Anonymous :
::: wah, ada yng ngaku Husband? dan pake luv u ???
::: %&#*$#&)$@#$_)*()% siapa dia?
====== Secret Admire : detected ^^v
cihuuyyyy
waduh saya juga bingung jiakakaak
tapi klo menurut saya selama bli melakukan yang menurut hati bli baik
its no problem
kalimat kalimat terakhirnya menyentuh banget kak T.T
Yup... setuju sekali dengan kata terakhirnya, dengan pemahaman dan proses yg terjadi di setiap detik, setiap menit, setiap jam, setiap hari, di waktu-waktu berikutnya, kita cuma mengerti satu : bahwa si-dia sedang sangat berbahagia di tempat yg ‘jauh’ sana. Bukan karena dia melepaskan kita, bukan karena dia menemukan pengganti kita, tapi semua karena dia memiliki dan akan selalu memiliki malaikat pelindungnya sendiri.
kesan pertama waktu masuk ke blog ini..
wow bagus banget templatenya.. biru...
warna yang kusuka selain hijau.
menguak kembali kisah lama kadang bikin kita tersenyum yah mbak. ngerasa lucu, narsis,cengeng macem-macem deh. padahal waktu itu, wkt kita mengalami hal yang menyedihkan itu, kita tidak sempat tersenyum, tidak sempat memikirkan apakah tindakan ini narsis atau gak. yang ada hanya satu. Mellow. tapi semua ada prosesnya. dan semoga kita makin dewasa dengan melalui proses kehidupan yang terjadi selama kita hidup.
waduh maaf ini komen kepanjangan. hehhe win follow yah,, sekalian tukeran link yuk..
aku udah follow..
:)
kunjungan perdana
mmmm dimana2 pasti susah buat iklas kl diputusin ama pacara tersayang ya tp ya itu dia kl ga kodh ya harus diiklaskan
suka foto juga toh
templet blognya unik
met kenal ya
setiap detik waktu yang melesat seperti peluru, sering menyadarkan kita betapa naifnya kita di detik yang lalu...
tapi memang seperti itulah, karena manusia adalah makhluk pembelajar
(dah lama buka ini tapi komennya nunggu bisa bawa oleh-oleh balesan di :)
http://pradna.cahbag.us/2010/05/rembulan-tenggelam-di-wajahmu-tere-liye.html
^_^
kunjungan balik...
Aku suka kalimat terakhirnya. Hmm, memang harus ikhlas. Ini ilmu yang tidak mudah memang.
setiap orang punya solusi terbaik atas maslahnya sendiri-sendiri. asal mau bersabar tentunya.
aduh... berasa inget masa muda >.<
Maaf baru mampir. Biasa lagi sibuk dg kegiatan off line sampai jarang blogging hhheheh..
he...he ini adalah proses yang lagi aku jalanin, Wied... Mesti bisa bilang ikhlas, padahal hati berontak melulu. :-) Udah berkali2 curhat sama temen dari psikologi, yang kalo ngasih saran sangat masuk akal, tapi tetep aja susah bilang ikhlas yang emang bener2 dari hati. DI mulut sih gampang. Dalam perbuatan sih kecil. Tapi dalam hati cuman ALLAH yang tahu. :-) Yah....gue curcol lagi tuh, Wied... he....he kita sama2 berjuang ya.... :-)
-anggi-
manusia emang udah ada totolnya satu persatu
oiya maksud awardnya dimana ea mbak..
Muantab!
bintang punya pendar yang kekal,tapi seringkali butuh perjuangan keras untuk menemukannya.. hehehe...
sorry.. ikhlas kan...??? sabar ya..
sabar dan iklas untuk jalani hidup ini
regards
http://adi-munandar.blogspot.com
Post a Comment